Kerusuhan di Los Angeles: Jurnalis Menjadi Korban

Kerusuhan di Los Angeles: Jurnalis Menjadi Korban

Sejak awal Juni 2025, Los Angeles mengalami gelombang protes besar menolak razia imigran tanpa dokumen yang dilakukan oleh ICE (Immigration and Customs Enforcement). Pemerintah federal mengerahkan sekitar 2.000 anggota National Guard dan 700 Marinir untuk mengamankan pusat kota dan properti federal. Namun, pemerintah negara bagian dan kota seperti Gubernur Gavin Newsom dan Wali Kota Karen Bass mengecam tindakan ini karena dianggap berlebihan dan mengancam kebebasan sipil.

Kekerasan terhadap Jurnalis saat Meliput Protes

Dalam kerusuhan yang terjadi, lebih dari 20 jurnalis mengalami cedera akibat tindakan aparat keamanan yang menggunakan peluru karet, gas merica, dan kekerasan fisik. Meskipun para jurnalis mengenakan tanda pengenal pers, mereka tetap menjadi sasaran.

Contoh insiden yang mencolok antara lain:

  • Toby Canham, jurnalis New York Post, terkena peluru karet di kepala saat meliput di jalan layang 101. Ia mengalami memar dan cedera leher.

  • Lauren Tomasi dari Nine News Australia ditembak peluru karet di kaki saat siaran langsung, sehingga mendapat kecaman dari pemerintah Australia.

  • Beberapa jurnalis lain terluka akibat serangan drone jarak dekat dan peluru karet dari aparat keamanan.

Baca Juga: Sumber Informasi Terpercaya di Era Digital

Kritik dan Tanggapan

Aparat menyatakan tindakan mereka untuk menjaga ketertiban, namun organisasi pers dan aktivis HAM menilai adanya pelanggaran serius terhadap kebebasan pers dan hak untuk meliput. Ada laporan jurnalis ditahan meski sudah menunjukkan tanda pengenal, termasuk seorang jurnalis Spectrum News yang ditahan selama lebih dari satu jam dengan tangan diborgol.

Organisasi seperti Committee to Protect Journalists dan Reporters Without Borders mengecam kekerasan ini dan menyerukan perlindungan lebih baik bagi pekerja media di lapangan.

Respons Internasional dan Dampak

Pemerintah Australia mengecam keras penembakan peluru karet terhadap jurnalis mereka dan menuntut investigasi tuntas. Perdana Menteri Australia menyebut kejadian ini sebagai hal yang mengganggu dan mengkhawatirkan. PBB dan lembaga hak asasi dunia menekankan bahwa kebebasan pers harus dijunjung tinggi, terutama saat meliput aksi protes besar.

Kerusuhan di Los Angeles menyoroti tantangan serius yang dihadapi jurnalis dalam menjalankan tugas mereka, baik dari sisi aparat maupun massa demonstran. Kejadian ini mengingatkan pentingnya perlindungan bagi media agar dapat melaporkan berita secara bebas dan aman. Protes ini bukan hanya soal imigrasi, tapi juga ujian bagi kebebasan pers dan demokrasi di Amerika Serikat.